Danau Lido. Bagi Anda yang tinggal di Bogor dan sekitarnya, mungkin tahu tempat ini. Berada di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, danau buatan ini bak mangkok yang terletak di dua kaki gunung - -Salak dan Gede Pangrango.Hingga kini, Danau Lido masih menyisakan kebanggaan bagi masyarakat sekitarnya, dan masih menjadi salah satu pilihan destinasi wisata untuk keluarga maupun muda-mudi.Lokasi yang sejuk dan asri, serta pemandangan alam yang hijau, cukup menjadi daya tarik. Pengunjung bisa memilih berbagai aktivitas di sana, misalnya mengelilingi danau dengan menyewa perahu rakit yang tersedia di pinggir danau, atau merasakan sensasi makan di tengah danau.
Danau Lido Tempo Doeloe dan Sisa Kejayaannya Danau Lido saat masa penjajahan Belanda. Sejarah Danau Lido dimulai pada masa penjajahan. Danau itu dibuat Belanda tahun 1889, saat mereka pada waktu yang sama membangun Jalan Raya Bogor-Sukabumi. Saat itu, pemerintah kolonial Belanda mencarikan lokasi peristirahatan untuk rekan mereka yang mengawasi proyek pembangunan jalan tersebut, juga pemilik perkebunan
Sumber air Danau Lido berasal dari aliran sungai dan mata air alam yang dibendung. Hal ini amat mungkin dilakukan karena posisi yang strategis. Danau itu berlokasi di lembah dan diapit dua gunung yang memiliki air berlimpah.Di dekat danau pun terdapat air terjun Curug Cikaweni yang mengalirkan air jernih dan segar dari Gunung Gede Pangrango.Meski telah ada sejak era Hindia Belanda, kawasan Lido baru dibuka untuk umum sekitar tahun 1940, setelah Ratu Belanda Wilhelmina berkunjung dan beristirahat di Lido.
Ketika itu, restoran pertama diresmikan sebagai pelengkap fasilitas kawasan wisata, juga untuk menjamu Sang Ratu. Restoran tersebut sekarang bernama Oranje Lido.Danau Lido Tempo Doeloe dan Sisa Kejayaannya Di sebelah kiri bawah di pinggiran Danau Lido, terdapat beberapa bangunan vila atau pondok (cottage) yang menyimpan beragam kisah.
Konon, cottage itu didedikasikan untuk Catharina Anna Beemster oleh Antonius Johanes Ludoficus Maria Zwijsen, seorang polisi yang ditugaskan pemerintah Hindia Belanda bekerja di Batavia (Jakarta).Setelah bebas tugas sebagai polisi, Zwijsen bekerja di Hotel Nederlande di Gondangdia, Batavia. Saat usahanya berkembang, Zwijsen membeli sebuah hotel di daerah Harmoni dan mengembangkan usahanya dengan mendirikan penginapan di pinggir Danau Lido.Kisah Anna dan Zwijsen berawal pada 1935. Zwijsen bertemu seorang putri perwira polisi Belanda yang bertugas di Sukabumi, Catharina Anna Beemster, dan memutuskan menikahinya pada 1937. Hingga saat ini, foto-foto keluarga Zwijsen-Anna tergantung di dinding ruang tunggu cottage di Lido itu. Penginapan di Lido menjadi tempat bagi Zwijsen dan Anna menghabiskan waktu bersama. Namun karena pecahnya Perang Dunia membuat mereka harus keluar dari Lido. Akhirnya tahun 1953, Anna dan Zwijsen beserta anak-anak mereka pulang ke Belanda.
Perang Dunia dan masuknya tentara Jepang ke Indonesia juga membuat kawasan Lido sempat terancam musnah. Hotel Lido pun rusak. Namun pejuang kemerdekaan Indonesia kemudian merebut kawasan Lido dari Jepang. Danau Lido saat masih jernih dan asri.Selain Ratu Kerajaan Belanda Wilhelmina yang pernah menginap di kawasan Danau Lido, Presiden Sukarno pun dikabarkan kerap beristirahat di sana. Bahkan konon, sang Presiden menulis salah satu bukunya yang berjudul Sarinah, yang berisi tentang sosok perempuan Indonesia, di LidoSeiring waktu, kawasan Danau Lido berkembang menjadi ikon kebanggaan masyarakat Bogor dan sekitarnya. Danau yang tersohor karena jernih air dan indah pemandangannya itu menjadi magnet pemikat wisatawan.Sayangnya, semua itu kini tinggal cerita dan kenangan masa lalu. (AR)